News Update :

Rabu, 22 Februari 2012

BERSATU DALAM PERBEDAAN

Perbedaan boleh jadi sudah mengakar di bangsa ini. Mungkin karena warna benderanya sendiri sudah melambangkan perbedaan, merah dan putih. Warna yang kontras dan saling memisahkan. Sehingga kita jadi berbeda. Namun lebih dari itu, perbedaan adalah sesuatu yang patut kita syukuri. Meskipun tidak berarti semuanya harus beda.
***
 
Beberapa waktu lalu, kita menyaksikan bersama-sama, bagaimana rakyat Indonesia kembali bersatu. Kita bersatu dalam satu usaha, yaitu mendukung KOMODO menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia. Tepatnya NewSevenWonders. Setiap pihak tampak saling bekerja sama dalam satu suara. Meneriakkan : dukung komodo! Dukung KOMODO!! Tak ada pro dan kontra, dukung, hanya itu kata yang terdengar. Jusuf Kalla terus bersuara, masyarakat, televisi, iklan dari salah satu produk, bahkan dari 4 operator besar di Indonesia pun memberikan kemudahan dengan cara mematok biaya 1 rupiah saja. Ya, satu rupiah saja…
Tentunya, kita cukup terharu dengan fenomena ini. Sekian lama terpecah belah, kini rakyat Indonesia kembali bersatu dalam satu suara. Tidak ada pandangan plitik, agama, ras, dan suku, yang ada hanya satu : Indonesia. Uhh, benar-benar indah.
 
Namun, dalam beberapa waktu, munculah seorang pakar Komodo yang membuat sebuah pengkauan mencengangkan. “Semakin banyak Komodo berinteraksi dengan manusia, maka akan ada perubahan dengan cara hidupnya.” Menurutnya, jika Komodo menjadi 7 keajaiban dunia, maka akan membahayakan bagi populasi Komodo itu sendiri. Benar atau tidak? Entahlah. Dia yang lebih ahli.
Seketika, bermunculan pula isu-isu tak sedap terkait lomba ini. Ternyata, panitia yang mengadakan acara newsevenwonder ini tidak terafiliasi dengan UNESCO, sebagai badan resmi PBB yang diakui dunia. Bahkan, Unesco sudah terang-terangan mengumumkan tidak adanya hubungan mereka dengan kontes ini. Nah lho? Apalagi, kita juga dihadapkan dengan satu kenyataan aneh lainnya. Bahwa jika seandainya kita menang dan termasuk dalam newsevenwonders, kita justru harus membayar cukup mahal untuk berbagai macam sponsor dan lainnya. Pemenang justru mengeluarkan lebih banyak uang?? Lalu untuk apa kita berusaha menang? Hanya supaya diakui dunia? Unesco sudah mengakui kita sejak belasan tahun yang lalu! Sebagai informasi tambahan, Maladewa / Maldives sudah keluar dari kontes ini karena keberatan.
Tentunya, saya tidak bermaksud untuk mempengaruhi kawan semua. Apakah masih tetap mendukung Komodo, atau hentikan sejenak. Saya tidak ingin menjadi seorang pengambil keputusan di sini Andalah sang pengambil keputusan… :)
***
 
Baru-baru ini, dunia dihebohkan oleh lahirnya bayi yang menjadi manusia ke 7 milyar di bumi ini. Sekjen PBB mengatakan, bahwa jumlah 7 milyar yang ada ini bisa menjadi tantangan, sekaligus peluang. Memang , jumlah 7 milyar yang ada di dunia ini sangatlah banyak.
Kita boleh saja merasa ketakutan akan kehabisan sumber daya karena saking banyaknya manusia di bumi ini. Tidak hanya itu, limbah yang dihasilkan oleh manusia pun akan semakin banyak dan menjijikkan. Belum lagi semakin tergencetnya makhluk-makhluk lain, seperti hewan dan tumbuhan. Benar-benar mengerikan.
Dan hebatnya, kemarin malam tiba-tiba saja saya meliha sebuah acara yang sangat tendensius. O*J, yang membuat cerita yang penuh dengan propaganda KB dan larangan nikah muda. Saya tidak tahu apa maksudnya, tapi yang jelas, kita sangat dilarang untuk nikah muda dalam acara itu.
Menikah muda, secara general diartikan belum mapan, dan langsung punya anak. Kemudian secara semena-mena disambungkan dengan memiliki banyak anak.
Satu yang saya ingat di sini adalah, bahwa jodoh, lahir, dan mati adalah misteri Tuhan. Lebih pilih mana, menikah muda atau tinggal serumah, punya anak, dan tidak menikah? Lebih pilih mana, punya banyak anak dari hubungan yang sah, atau punya banyak catatan pengguguran? Punya anak harus direncanakan itu pasti, tapi tidak berarti harus dibatasi. Setiap orang punya hak untuk lahir…
Dan sekali lagi, masyarakat Indonesia terpecah di sini. Ada yang setuju dengan KB, dan ada yang tidak. Yang mana yang benar? Wallahu ‘Alam.
***
 
Yah, pertentangan dan ketidaksetujuan adalah hal wajar. Jangankan satu negara, satu rumah saja sering ribut. Suami Istri saja sering tidak sepaham. Tak ada yang perlu ditakutkan dari hal itu. Yang perlu kita takutkan adalah jika ada sebuah kesepahaman karena takut dengan penguasa. Sebut saja zaman orde baru. Di mana Indonesia selalu satu suara –mendukung pemerintah- karena takut. Justru dengan adanya perbedaan kita akan lebih kaya. Hanya saja, kita harus mengingat, perbedaan bukanlah alasan bagi kita untuk saling membenci dan saling memusuhi. Nikmati indahnya perbedaan, dan biarkan perbedaan itu membimbing kita menuju tingkatan yang lebih baik lagi.
Jadi ingat kata Gusdur, “Jangan menyama-nyamakan yang beda, dan jangan membeda-bedakan yang sama.” Kata-kata yang simpel, namun penuh makna, apalagi kata-kata itu keluar dari seorang pejuang plularisme sejati seperti beliau.
 
BHINNEKA TUNGGAL IKA…

Sumber : http://agfian.wordpress.com/2011/11/01/bersatu-dalam-perbedaan/
 

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More